Jumat, 27 Desember 2013

Tanyaku Tanpa Jawabmu

Mungkinkah aku dan hatiku memanggil namamu?
Mungkinkah bayangmu yang tak nyata menjelma dalam bayang
Sedang hatiku pun bukan milikmu
kau tak akan pernah bisa miliki aku dan segenap rasa mengendap dalam kalbu
Hanyalah dia yang akan ada sekarang dan selamanya

Penyatuan antara kau dan dia
sungguh buatku bahagia
namun kau juga tinggalkan tanya dalam diammu pada semua
kau tinggalkan tanya dalam alunan suaramu yang mengalun di benakku
terus mengalun di benakku hingga kau buatku tak mengerti isi dihatimu

Cintamu itu dia bukan aku
Hatimu itu ada dalam hatinya bukan dalam hatiku
tetapi jauh dalam hatimu kau simpan namaku
kau panggil aku hingga ku tak mengerti
akan arti semua ini
arti hadirmu... dirimu... rasa yang mengendap jauh di ragamu...

Bila tak akan pernah ada jawab ku dengar...
Mengapa kau harus tinggalkan sebuah tanya?

Kamis, 19 Desember 2013

Suara Tanpa Kata



Cinta itu bagaikan sebuah suara tanpa kata
Yang tak terdengar oleh telinga
Namun terdengar jelas bagai bisikkan jauh di dalam hati

Aku ataukah kamu akan berjalan menjadi kita?
Seperti angin dan awan yang menyatu dan menjadi hujan?

Cinta yang keindahannya seperti pelangi
Hanya untuk dikagumi
Bukan untuk dimiliki apalagi di raih
Dan saat cinta harus berlalu pergi
Ia tinggalkan jejak-jejak kaki yang tak mudah tuk terhapus
Selalu ada bagaikan bara yang siap menjadi api
Namun hanya termangu dalam diam
Membeku menjadi bara, namun tak juga menjadi api

Cinta membelenggu setiap langkah kaki untuk menapak
Inginnya kaki-kaki itu menari bersamanya
Melantunkan lagu dalam melodi terindah dibalutan pesonanya

Cinta, ah cinta….
Kau yang memeluk hatiku
Kau pula yang melepaskan hatiku
Kau yang telah menawan hatiku
Namun mengapa ketika kau pergi hatiku masih saja kau tawan cinta?


Cinta inginnya aku bertanya
Namun diammu membekukan aku
Jauhnya mendiamkan aku
Haruskah aku berlari untuk mencarimu sedang kakiku kau belenggu
Haruskah aku menangisimu sedang air mata itu telah kau keringkan
Haruskah aku tertawa untuk sekedar memulas duka dengan bahagia semu
Haruskah aku tertahan sepi disini menunggumu
Menanti hadirmu yang tak pernah dapat ku pastikan

Selasa, 17 Desember 2013

Badai Getar Hati

Jauh di sudut terdalam hatiku
Mulai tersulut api yang tak ku mengerti
Mulai terejam hati oleh duka itu
Hingga ingin ku lari dari hadapmu
Saat ku mulai mengangankanmu
Karena ku tahu kau bukanlah untukku

Namun getar aneh itu
Getar yang tak mampu ku maknai adanya di sisi mimpiku
Sisakan sepi dalam perih untukmu

Namun jauh di dasar telaga bening yang terpancar di indah matamu
Ku temukan badai yang sama
yang selalu coba untuk kau redam adanya
Selalu ku baca kerinduan penuh kehangatan di kedalamannya
Selalu ku rasa getar - getar halus yang ku yakin kau pun memilikinya

Namun hanya sepi yang ku rasakan
Saat mencoba masuki ruang hatiku yang ku rasa mulai dibayangimu

Apakah artinya itu?
#Jayantaka

Rabu, 11 Desember 2013

Hanya Untuknya

Cinta.......
Kau bawa serta aku bersamamu
kemanapun aku menuju
dimanapun aku menapak
kau selalu setia disampingku
menemani setiap tapakan jejak langkah
yang akan terasa sunyi tanpamu

Cinta....
Sampaikanlah salamku padanya yang kau pilih
resapkanlah rasa percaya itu di dalam hatiku
karena hanya dia milikku yang tak akan pernah terganti

Cinta......
Halangilah jalanku saat aku ingin merengkuh bintang yang lain selain dirinya
dan tanamkanlah kesetiaan tak terganti dalam hidupku untuknya
hanya untuknya

Cinta.......
Bila dia memang nyata dan ada
bawalah ia ke hadapku bersamamu
dan biarkanlah aku wujudkan satu inginnya padaku
untuk PERCAYA dan SETIA hanya padanya....

Senin, 09 Desember 2013

Ladang Hati



Cinta....
Dia tak pernah berbatas apa pun
Hanya kebencian saja yang menjadi pembeda
Itu pun sangat tipis...
Terlalu tipis
Hingga nyaris tak terlihat....

Cinta
Ruang
Waktu
Bahkan dimensipun dapat dilintasinya

Cinta saat tersuruk ke dalam sepi tak berkawan
Saat terpuruk dalam jurang kehinaan
Kau selamatkan manusia yang siap tuk menerimamu

Cinta terkadang kau pun tumbuh diladang terlarang
Diantara dua hati yang saling merindu
Namun tak untuk saling memiliki
Tak untuk berkawan seperti pasangan kekasih....

Cinta mengapa kau menyapa
Saat ku telah begitu yakin
Dialah cinta sejati dalam hidupku
Mengapa kau tunjukkan wajahmu yang lain padaku
Wajah kesejatianmu yang begitu tulus
Ikhlas.....
Sesuci melati yang tak pernah tersentuh noda
Mengapa cinta!?

Tiba-tiba kau menyapaku
Kau basuh kebodohanku
Kau tangisi ketaktahuanku
Dengan airmata sucimu.....

Cinta....
Bila memang ini yang kau mau
Lantas kemana jalan harus aku tuju?
Akankah kau biarkanku mengarungi lautan sepi tanpamu
Tanpa bintang penunjuk arah milikmu?
Cinta......
Tak adakah asa lain yang mampu tuk kau berikan padaku
Yang akan kau tawarkan pada hatiku
Mengapa harus dia cinta?
Mengapa aku harus mencintai kakakku sendiri?

Lelaki yang ada bukan untuk dipilih
Lelaki yang ada bukan untuk dimiliki
Lelaki yang kau sandingkan denganku dimasa kanak-kanakku
Lelaki yang lembut membelai tangisku
Lelaki yang nampak begitu tangguh dihadapku
Lelaki yang kau jadikan sebagai cinta pertama dalam hidupku
Lelaki tak terhapus namun terlupa
Lelaki tak terganti yang akan selalu ada disetiap langkahku....
Cinta.....
Adilkah ini untuk dijalani?
Mengapa kau sentuhkan ti3a cinta dalam kehidupanku
Bagaimana caraku untuk memilih dan menjalaninya?
Aku tak mengerti....
Aku tak dapat memilih.....

Kau membawaku ke dalam sebuah pilihan yang tak bisa ku pilih
Aku rapuh cinta
Aku patah tanpa arahmu
Bawalah aku kemanapun kau mau, cinta
Aku pasrah....
Aku rela.....
Meski jalan penuh duri kau buat bagai hamparan mawar untukku
Kan tetap ku jalani meski perih akan hadir temaniku
Tapi aku akan kuat tuk bertahan selama aku yakin kau ada dihatiku
Kau bersama jiwaku untuk selamanya....
Kau menjadi kawan sejati dalam setiap langkahku
Tuk menjalani ti3a cinta ini dan cinta terlarang pilihanmu....

Rabu, 27 November 2013

Mencintamu Selamanya



Hujan gerimis sore itu turun berderai membasahi bumi. Ardhika diam terpekur menatap hujan yang menari-nari di atas tanah sebelum akhirnya mengalir ke selokan depan rumahnya. Hujan seakan selalu mengingatkannya pada Lidya. Gadis yang pernah dicintainya bertahun-tahun yang lalu. Saat mereka masih sama-sama kuliah di sebuah perguruan tinggi islam swasta di kota kecilnya itu.
            Gadis yang telah menggoreskan sebuah kenangan indah tentang indahnya cinta pertama. Gadis yang telah membuat hari-harinya menjadi hidup dan penuh warna. Gadis yang menjadi alasan mengapa ia selalu ingin tersenyum dan begitu bersemangat setiap kali berangkat kuliah. Namun, gadis itu pulalah yang selalu menjadi alasan mengapa sampai kini pun ia masih saja sendiri. Meratapi segala luka hati yang pernah tergores pedih mengubur semua angan dan impiannya.
            “Mas.” Suara seorang gadis tiba-tiba mengusik lamunannya.
            Ardhika tersenyum saat melihat Yuna, adik perempuan semata wayangnya yang kini tengah kuliah di kampusnya dulu telah berdiri di belakangnya. Jilbab warna pink membalut kepalanya dan membingkai wajah putihnya. Membuat gadis itu terlihat begitu cantik sore itu.
            “Baru saja pulang kuliah, Yun?”
            “Iya mas.” Jawab Yuna sambil mencium tangannya.
            “Mas lagi ngapain ngeliatin jendela sambil bengong? Ati-ati loh mas ntar kesambet.”
            “Kesambit bukumu lha iya, Yun. Kamu kan paling nggak bisa ngeliat orang bengong.”
            Yuna hanya tersenyum, “Pasti mas lagi inget sama mbak Lidya? Iya kan?” Tebak Yuna tiba-tiba setelah senyuman dibibirnya menghilang.
            “Sok tau kamu, Yun.”
            “Tadi Yuna abis ketemu sama mbak Lidya di kampus mas. Dia nanyain mas Ardhi, katanya kenapa mas Ardhi sekarang udah nggak pernah lagi muncul di kampus. Kayaknya dia belom tau kalo mas udah wisuda setahun yang lalu.”
            Ardhika terhenyak kaget medengar kata-kata yang meluncur dari bibir adiknya itu. “Trus kamu jawab apa Yun?”
            “Ya aku jawab aja kalo mas Ardhi itu udah wisuda tahun lalu. Eh, malah mbak Lidya yang balik terkejut. Sepertinya dia abis cuti kuliah cukup lama ya Mas?”
            Ardhika mengangguk, sebelum akhirnya menyambung anggukan kepalanya dengan sebuah jawaban yang kembali menggores pedih hatinya. “Dulu setelah menikah dia sempat ngajuin cuti, karena ternyata hanya beberapa bulan setelah akad nikah dia langsung hamil. Jadi kami berdua sudah cukup lama tidak pernah lagi ketemu.”
            “Sejak mbak Yuna menolak lamaran mas Ardhi kalian sudah tidak pernah ketemu lagi Mas?”
            “Iya, Yun. Aku selalu berusaha untuk menghindari Lidya. Aku nggak habis pikir, Yun. Kenapa di jaman modern seperti ini masih saja ada Siti Nurbaya seperti dia.”
            “Tapi bukan itu yang membuat Yuna heran Mas.”
            “Lalu apa, Yun?”
            “Bukankah dulu Mbak Lidya yang meminta mas untuk melamarnya? Karena dia termasuk orang yang anti pacaran sebelum nikah? Dia hanya akan pacaran dengan lelaki yang sudah sah menjadi suaminya?”
            “Itulah Yun, yang membuat aku tak pernah bisa mengerti sampai sekarang. Aku masih selalu saja dibuat kebingungan akan sikapnya itu.”
            “Tapi yang Yuna tahu Mbak Lidya itu mencintai mas Ardhi.”
            “Suka Yun bukan cinta. Karena buatnya cinta itu hanya akan ada dalam ikatan suami istri yang sah. Bukan dalam hubungan antar teman, sebab itu dilarang dalam agama, Yun.”
            Yuna terdiam sementara Ardhika masih saja menatapnya dengan penuh kasih sayang. Sesaat kemudian Yuna menatap Ardhika dan tersenyum.
            “Kenapa tiba-tiba tersenyum Yun?”
            Pertanyaan Ardhika hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Yuna. Sebelum akhirnya gadis itu pamit masuk kamar kepada kakaknya itu.
®®®
            Sepeninggal Yuna kembali Ardhika memakukan pandangan matanya pada hujan yang tengah tercurah dari langit. Muncul keinginan dalam hatinya untuk memagari kenangan dan ingatannya pada sosok Lidya. Namun entahlah, dia sendiri tidak yakin kalau dia mampu melakukannya.
            Kebimbangan itu masih juga menderanya. Menjeratnya dalam keterpasungan kesadaran, bahwa Lidya tak mungkin bisa di raihnya lagi. Meski sebesar apa pun keinginannya untuk memiliki Lidya masih menyala-nyala di jiwa. Belum juga redup semua impian yang dulu sempat terukir dalam setiap mimpinya. Tapi, kini dia juga harus berhadapan pada sebuah kenyataan yang amat pahit menurutnya. Lidya sudah menjdi istri orang lain, dia juga sudah memiliki satu otang putra. Lalu untuk apa sebenarnya dia masih juga mengharapkan Lidya?
            Entahlah! Ardhika sendiri belum pernah menemukan jawabnya hingga kini. Namun satu yang pasti, untuk melupakan Lidya juga bukan sebuah perkara yang mudah untuknya. Bertahun-tahun lalu sejak penolakan Lidya yang mendadak dan tanpa alasan, sudah ribuan cara dia tempuh untuk melupakan Lidya. Namun, hasilnya nihil! Dia tetap saja tak pernah bisa menghapus bayangan Lidya dari kehidupannya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti berusaha melupakan Lidya. Dia tidak lagi ingin melawan gejolak hatinya. Namun, tak pernah mudah baginya untuk berdamai dengan segala kenyataan yang ada.
            Masih jelas di ingatannya saat tiba-tiba saja Lidya mengiriminya surat lewat Ratih teman satu pondok Lidya yang juga teman sekelasnya. Surat itulah yang menjadi alasan kenapa saat itu dia memberanikan diri berhadapan dengan orangtua Lidya. Meski pun saat itu dia hanyalah seorang mahasiswa yang tengah berusaha untuk merintis usaha bisnis sampingan kecil-kecilan bersama beberapa orang teman kuliah. Orangtua Lidya menerima kedatangannya dengan baik, mereka tidak menolak lamarannya. Sepenuhnya keputusan mereka serahkan kepada Lidya. Namun, pada hari yang mereka janjikan untuk memberikan jawaban ternyata Lidya menolak lamarannya. Betapa sakit hatinya saat mendengar jawaban Lidya. Bukankah Lidya yang meminta untuk melamarnya? Namun mengapa kini justru dia malah menolaknya? Ardhika tak pernah tahu apa alasan sesungguhnya dibalik sikap Lidya yang aneh dan membingungkan itu. Untuk menutupi rasa malu orangtuanya kepada Ardhika, mereka akhirnya menjodohkan Lidya dengan orang lain setelah penolakan yang memalukan itu.
®®®
            Ardhika sendiri memutuskan untuk mundur dan menjauh sejauh yang ia mampu dari kehidupan Lidya. Dia tak ingin mengingat semua luka itu lagi. Dia berharap dapat membuka lembaran baru dalam hidupnya. Namun ternyata melakukan itu semua tak semudah yang dibayangkannya selama ini. Sulit untuk melupakan sosok yang menyentuh hatinya untuk pertama kali dengan sebuah rasa yang begitu asing namun terasa demikian indah dan menyentuh.
            Bila Ardhika terus mengikuti hatinya, maka mungkin sampai kapan pun dia tidak akan mampu melupakan semua kenangan itu. Namun ia tidak ingin terpuruk selamanya. Keinginan untuk dapat bangkit dan menata hidupnya lagi sedemikian besar mengusai hati dan pikirannya. Namun, tertatih ia mewujudkan semua itu. Tak ada kata mudah untuk perjuangan yang tengah ditempuhnya saat ini.
            Entah kapan ia akan mampu tegak berdiri lagi seperti dulu saat ia belum bertemu dengan Lidya. Entah kapan ia mampu melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang Lidya yang terus mendekap erat seluruh hatinya seperti sekarang. Dia tahu semua itu akan butuh waktu yang panjang atau bahkan teramat panjang. Namun ia yakin akan datang saat dimana ia mampu menjadi seorang Ardhika yang baru. Nanti pada waktunya yang akan coba dia mulai perjuangannya itu saat ini! Sekarang juga! Demi sebuah kehidupan baru yang penuh dengan kebahagiaan. Bukan menjadikan apa yang pernah dialaminya menjadi trauma berkepanjangan. Tetapi dengan menjadikan apa yang pernah dilaluinya ini menjadi sebuah pelajaran berharga bagi hidupnya yang tidak akan pernah ia lupakan selamanya. Never ending for first love.
²END²

Selasa, 26 November 2013

Nama Itu ........

Cukup satu nama untuk mengubah hidupku
menjungkirbalikkan duniaku menjadi tak berbentuk
Kenormalan perlahan berubah menjadi abnormal

Cukup satu nama untuk menggetarkan hatiku
dengan suara merdu miliknya
dengan senyuman hangatnya
dengan ketampanan yang terpahat sempurna di wajah itu

Cukup satu nama dan aku menangis
dan aku terluka
patah... hancur...
Seakan terbuang...

Cukup satu nama yang aku rindu
tak pernah patah aku berharap
meski ku tahu harapku sia-sia
Karena tirai nirwana telah jauh pisahkan kita
membuat angan kita tenggelam
tak teraih tangan-tangan hati yang terlanjur patah

Hampa...
Sepi...
Kosong...
Mendesak... Menghimpit...
Dalam kisahku yang kini berlanjut tanpamu...

Nama itu adalah ..................................






















Namamu Sweetheart...

Senin, 25 November 2013

Tanpa Prahara

Terlalu indah disaat rasa itu menyapa
dan hadir mewujud nyata
Sentuh rindu terperih tanpamu disini

Ku ingin ku menunggu selalu
saat hujan berhenti merinai
saat matahari terbenam di ufuk barat
saat malam terang bulan menyapa disini

Ku harap kau nyata
kau datang
menyapa tanpa hadirkan badai
hadir tanpa membawa prahara baru tuk hidup kita

Ku selalu menunggu kau ada disini
Disisiku selalu...
Bersama cinta yang tak bertepi disini...
Didalam hati kita...

Kamis, 21 November 2013

Karena cinta itu........

Mengingatmu selalu dalam mimpiku
diiring lagu-lagu kenangan tentang kita
lagi-lagi semua tentang kamu

Kini.......
apa yang bisa aku ucap katkala cinta membumbung tinggi
namun terlalu tinggi hingga tak teraih
aku dan dimensiku tempat berpijak kini
tak akan mampu mengejar laju hatimu

Sedang kau disana terdiam
termenung
dalam sendu sendirinya duniamu
kau rindukan aku

Namun terlanjur
kita sama telah tau
kita sama meski beda yang ada akan selalu mengusik sakitnya raga
yang didera perpisahan panjang nyaris tak berujung

Cinta................
karena cinta itu buta

Rindukan Malam



Dalam keremangan senja aku berdiri
Lalu aku bertanya akan arti diriku tanpa dirimu
Dalam sendiri aku melangkah melawan hati, menepis sepi tanpa hadirmu
Hanya sisa nafas yang temani matinya separuh detak nadi
Hampa hariku dalam bayang-bayang kenangan bersamamu

Kini rinduku menepi
Harapku tak berbatas sepi
Derita ini ku harap akan segera berakhir
Berganti cerita bersama denganmu
Ataukah kau memang tak akan pernah kembali untukku disini?

Akankah kau biarkanku mati terbunuh sepi disini
Menantikanmu... Menunggu kepulanganmu...
Mungkinkah kau akan kembali untukku
Menjadi yang terindah disetiap nafasku seperti dulu?
Meski ku pun tahu, hanya sisa-sisa bahagia yang mengendap dilubuk jiwamu
Namun salahkah aku jika aku masih saja berharap padamu?
Karena hanya kau yang tersisa kini dalam hidupku
Hanya kau yang aku punya di sisa perjalanan waktuku ini

Jangan pergi tinggalkan aku sendiri lagi
Ku ingin kau disini bersamaku
Temaniku lewatkan sunyi tak berkawan selain semua kenangan tentangmu
Bersamamu ku ingin menantang hari dalam bahagia tak bertepi
Namun masihkah akan kau ijinkan aku tuk melangkah disampingmu
Setelah kau lewatkan ribuan hari penuh luka dan derita karenaku?
Masihkah tersisa cintamu untuk diriku setelah lama waktu berselang?
Disini.... Disisi sepi aku menunggumu untuk kembali memelukku....

Seperti malam yang telah pertemukan kita dalam pelukannya
Lalu sang fajar merenggut paksa kau dan juga dia dari sisiku
Tinggalkan airmata darah yang tak ia pedulikan mengalir
Kini hari menjelang senja..... Tak lama lagi malam akan datang
Mungkinkah malam akan pertemukan kembali kau dan aku dalam pelukannya?
Lama setelah ia pergi dan kita terbelenggu dalam derita tanpa kata disini
Masihkah ada kesempatan untuk memelukmu sekali lagi?
Mencium harum tubuhmu didekapan malam?
Memaknai cinta dalam tarian hati yang tak berkesudahan?

Malam..... dimana kekasihku? Dimana belahan jiwaku?
Sepiku tanpanya akankah kau basuh dengan cintamu dalam temaram bintang?
Malam.... Aku mencinta keheninganmu... Aku mencinta kesunyianmu
Namun aku mohon padamu malam..... pertemukanlah aku dengan kekasihku lagi, 
meski ini untuk yang terakhir kali aku dapat berjumpa dengannya di pelukanmu....
Karena aku sangat merindukannya malam......

Untitle

Apa yang kau tahu ketika para dewata agung mengikat jiwa kita? Ketika mereka membuat hati dan jiwa milik kita saling terhubung selalu terh...