Persahabatan itu seperti mata rantai yang saling terikat. Sesungguhnya ia tak mudah terpatahkan, apabila masing-masing jiwa dan pribadi yang saling terikat itu tak saling mengunggulkan ego masing-masing. Persahabatan tumbuh subur dalam ikatan yang dinamankan saling berbagi dan saling mengalah.
Meski terkadang, sahabat adalah ia yang kau abaikan disaat kau tidak membutuhkannya dan ia yang kau datangi pada saat kau merasa membutuhkan bantuannya. Namun, sahabat sejati tidak akan pernah mengeluh, meski ia kau perlakukan demikian. Ia akan tetap menyayangimu dan menjadikanmu sebagai sahabatnya. Serta tak pernah terbersit sedikit pun niat di dalam hatinya untuk meninggalkanmu dan membiarkanmu melangkah seorang diri. Ia akan selalu ada bersama denganmu, meski pun kau tak lagi yakin akan keberadaannya yang selalu ada disisi langkahmu disetiap waktu.
Sahabat adalah ia yang merayakan kesuksesanmu seakan itu adalah kesuksesanmu dan merasakan deritamu akibat kegagalanmu seakan itu adalah kegagalannya sendiri. Sahabat bukan ia yang datang ketika kau bahagia, terlarut dalam arus kesuksesanmu. Tetapi, sahabat adalah ia yang datang dikala kau terjatuh, untuk menawarkan pelukan hangat yang akan menenangkanmu.
Sahabat adalah saudara bagimu yang akan mengulurkan bantuan dengan tulus ketika kau memintanya. Hanya karena satu alasan, ia peduli padamu karena ia menyayangimu.
Sahabat terkadang adalah teman seperjalananmu, terkadang teman sejiwamu, terkadang teman seperjuanganmu. Namun terkadang ia bukanlah siapa-siapa. Ia hanyalah semilir angin yang datang untuk pergi. Kembali melanjutkan petualangannya di dunia luas.
Sahabat, teman sejati..... Hanya akan ditemukan ketika kau bersedia menjadi teman sejati untuk dirimu sendiri......